Kita akan melihat kebusukan bangkai tidak pada hari ia mati, tapi setelah beberapa hari kemudian. Nah kita ibaratkan para manusia yang haus akan jabatan, uang, hormat dsb. itu seperti bangkai, kita tidak akan melihat kebusukan mereka pada hari ini, tapi beberapa hari, minggu, bulan atau tahun kemudian. Pada akhirnya kita harus menguburkan bangkai itu gar tidak merugikan orang lainnya, entah karena menimbulkan bau, penyakit, kejijikan atau yang lainnya. Sama seperti bangkai, kita pun harus menguburkan para manusia ini di jeruji besi agar tidak menimbulkan penyakit, kejijikan, bau atau yang lainnya.
Walaupun kita mengadakan pemilihan secara "adil" ini baru setelah rezim Orde Baru berakhir. Sebelumnya pemilihan di Indonesia jarang yang bersifat "adil" karena rata-rata telah dikendalikan seperti kuda yang ditunggangi manusia. Semuanya diatur dan hanya ada satu pemenang, ya satu pemenang Si Jendral Yang Selalu Tersenym. Si Jendral selalu mengatur pemilihan-paling-menentukan-nasib-Indonesia selama 7kali atau setara 35tahun. Tapi karena beberapa pemikiran yang mau menunjukan dirinya akhirnya Si Jendral ini diusir dari jabatannya secara paksa oleh beribu orang bahkan berjuta orang. Dengan memakan korban tidak sedikit Sang Jendral dapat diusir dari Kursi Besar Negara Indonesia.
Kembali ke pokok permasalahan. Para manusia ini berusaha tidak hanya dengan keringat juga uang dan bantuan dari seorang ustadz atau orang-yang-dianggap-memiliki-ilmu. Manusia ini akan menghalalkan segala cara agar dia dapat duduk di kusri Wakil Rakyat. Kita bisa lihat jurus yang sering digunakan para manusia ini agar orang mau memilihnya yaitu Jurus Uang Yang Berbicara. Menurut saya saat masa mengiklankan diri saja mereka sudah melakukan hal yang tidak jujur bagaimana saat mereka mem-rezim? Tapi namanya juga negara sedang berkembang, apapun dapat dibeli dengan uang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar